Jumat, 18 Maret 2011

MENULIS? it's a choice!

Ini masalah saya. Masalah tentang masa depan. Oke, masa depan. Semua berawal dari dunia fiksi. Semenjak saya nge-follow @fiksimini di twitter, ketertarikan saya dalam fiksi itu kuat. Entah apa yang ada difikiran saya… Gue ngerasa nulis itu asyik, saya bisa ngeluarin unek-unek (korban Uya) yang ada di diri saya. Pokoknya menulis menjadi hal baru yang klop banget di hidup saya. Gu3 GuGh B1c4Hh h1duPh T@Np4 NuL1s! (oke cukup za, ini mulai kelihatan alay) Tapi.. Berhubung karya fiksi saya yang tak kunjung di-RT oleh @fiksimini (ada sih tapi cuma beberapa) semangat nulis saya lenyap. Berkurang, berkurang, dan terus berkurang setiap harinya.

Saya juga ngeliat kak Anji ‘Drive’ di akun twitternya yang setiap hari pasti nge-fiksi. Sampai saya bertanya-tanya, gimana mereka bisa ngejadiin tulisan mereka indah dan nyaris sempurna. saya coba selidiki, dan ternyata mereka mencoba untuk menanamkan di dalam diri mereka bahwa “Menulis itu Asyik”, sehingga telah tersugesti bahwa menulis itu Asyik banget. Oke, dari teori “Menulis itu Asyik” saya gak boleh nyerah, saya harus bisa, saya harus bangkit. Dan semangat nulis itu muncul lagi. Setidaknya gak harus fiksimini atau apa, yang penting saya bisa menghasilkan karya tulisan yang pinomat bisa menghibur diri saya sendiri. Ini bukan soal RT meng-RT. Tapi saya harus bisa berusaha ngeyakinin diri saya sendiri bahwa karya tulisan saya ini bagus. Dalam artian, setidaknya saya yang bikin ini tulisan aja GAK MALES untuk bacanya. Satu karya per hari, saya nulis di twitter. Walaupun hanya 140 karakter, yang penting saya bisa berkarya. Pernah saya nemu suatu kalimat di twitter “Jadikanlah menulis itu menjadi sebuah kebiasaan” kebiasaan? Ya, kebiasaan. Ingat pepatah, ala bisa karna biasa. Semenjak itu, saya ngejadiin kalimat tadi menjadi suatu pedoman di diri gue. Gue yakin gue bisa.

Sampai akhirnya saya nemu penulis kondang, seorang yang kocak, lucu. Kak Raditya Dika. Ya, Raditya Dika. “Kenapa harus dia?” karena dia bisa bikin semangat nulis saya nambah dan berkobar-kobar. Kemaren saya baca di blog dan buku-bukunya, sumpah saya iri banget ama dia. Dari cara dia nulis, gak kaku. Santai, dan yang paling penting kata-kata yang dia gunain bukan bahasa profesor. (udah ah pujiannya, ntar idungnya nambah ngembang) ya, inilah saya. Remaja labil yang mencari jati diri. Sekarang saya mulai tau jati diri saya apa, siapa saya, dan mau jadi apa. *antiklimaks* so, saya harus bisa! saya bisa karna saya mau dan ada niat untuk bekerja. Gak ada paksaan dari dalam diri saya. Semua ini alamiah. (nyongkel tai idung) semoga Tuhan memberkahi jalan hidup saya ;) Nah, mungkin ini pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita saya:

1. Berkaryalah, walaupun entah apa maksud dan tujuannya.

2. Jadikanlah menulis itu menjadi sebuah kebiasaan.

3. Jangan takut, karya kita pasti bagus kok, setidaknya bagus diri kita sendiri.

Dan yang terpentinggg…! Kalo kalian juga sama seperti saya (suka nulis tapi ga bisa ngembanginnya) ingat teori “Menulis itu Asyik” dari saya tadi. Oke? Eh sorry ya mungkin tulisan saya belepotan. Hahaha udah yah, mungkin edisi kali ini akan menjadi edisi Reingkarnasi saya. Sampai ketemu di edisi selanjutnyaaa “Dadaaaaaa!!” bibir menjuntai tergelantung, tangan melambai *slow motion*

My name is Fachreza Ardian and I’m a New Writter.